Sekolah Ongko Loro: Potret Pendidikan Kelas Dua pada Masa Penjajahan

Di masa penjajahan Belanda, sistem pendidikan di Indonesia bukanlah sarana pemerataan pengetahuan, melainkan alat kekuasaan. Salah satu bukti paling mencolok adalah keberadaan Sekolah Ongko Loro, sebuah lembaga pendidikan yang diperuntukkan bagi rakyat pribumi—bukan untuk mencerdaskan, tapi untuk mencetak buruh terampil dan patuh.

Pendidikan Tak Setara di Negeri Sendiri

Sekolah Ongko Loro adalah tingkatan kedua setelah Ongko Siji. Jika Ongko Siji lebih diperuntukkan bagi kaum priyayi atau golongan atas, Ongko Loro adalah tempat para rakyat biasa belajar membaca, menulis, dan berhitung dasar. Pelajaran yang diajarkan sangat terbatas, dan tidak dirancang untuk mendorong pemikiran kritis atau kemajuan sosial.

Baca juga:

Potret Pendidikan Zaman Kolonial: Antara Pembodohan dan Strategi Kekuasaan

Tujuan Tersembunyi di Balik Pendidikan

Pemerintah kolonial memberikan pendidikan bagi rakyat pribumi bukan karena rasa kemanusiaan, melainkan untuk menciptakan tenaga kerja yang bisa membaca instruksi, menghitung hasil panen, dan melaporkan data. Semua untuk mendukung jalannya sistem tanam paksa dan ekonomi kolonial yang eksploitatif.

Warisan yang Masih Tersisa

Meski sudah ratusan tahun berlalu, semangat pendidikan kelas dua masih terasa dalam beberapa aspek pendidikan modern: minimnya akses pendidikan berkualitas di daerah, kurikulum yang belum merdeka sepenuhnya, serta ketimpangan antara pusat dan pinggiran. Sekolah Ongko Loro menjadi pengingat bahwa pendidikan tidak boleh lagi menjadi alat pembeda kasta sosial.

Pelajaran yang Bisa Diambil

  1. Pentingnya pemerataan akses pendidikan berkualitas.

  2. Perlu revisi kurikulum agar mencetak generasi berpikir kritis, bukan sekadar patuh.

  3. Pemerintah harus belajar dari sejarah, bahwa pendidikan bisa jadi alat pembebasan atau penjajahan.

Sekolah Ongko Loro bukan hanya sejarah pendidikan—ia adalah cermin dari bagaimana kekuasaan bisa memanfaatkan pengetahuan untuk menindas. Dan sekarang, tugas kita adalah memastikan bahwa pendidikan benar-benar menjadi pintu kemerdekaan sejati bagi semua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *